Senin, 16 September 2013

LUNAS DENGAN SEGELAS SUSU Suatu hari, seorang anak lelaki miskin yang hidup dari menjual asongan dari pintu ke pintu, menemukan bahwa dikantongnya hanya tersisa beberapa sen uangnya, dan dia sangat lapar. Anak lelaki tersebut memutuskan untuk meminta makanan dari rumah berikutnya. Akan tetapi anak itu kehilangan keberanian saat seorang wanita muda membuka pintu rumah. Anak itu tidak jadi meminta makanan, ia hanya berani meminta segelas air. Wanita muda tersebut melihat, dan berpikir bahwa anak lelaki tersebut pastilah lapar, oleh karena itu ia membawakan segelas besar susu. Anak lelaki itu meminumnya dengan lambat, dan kemudian bertanya, "berapa saya harus membayar untuk segelas besar susu ini ?" Wanita itu menjawab: "Kamu tidak perlu membayar apapun". "Ibu kami mengajarkan untuk tidak menerima bayaran untuk kebaikan" kata wanita itu menambahkan. Anak lelaki itu kemudian menghabiskan susunya dan berkata :" Dari dalam hatiku aku berterima kasih pada anda." Bertahun-tahun kemudian, wanita muda tersebut mengalami sakit yang sangat kritis. Para dokter dikota itu sudah tidak sanggup menganganinya. Mereka akhirnya mengirimnya ke kota besar, dimana terdapat dokter spesialis yang mampu menangani penyakit langka tersebut. Dr. Howard dipanggil untuk melakukan pemeriksaan. Pada saat ia mendengar nama kota asal si wanita tersebut, terbersit seberkas pancaran aneh pada mata Dr. Howard. Segera ia bangkit dan bergegas turun melalui hall rumahsakit, menuju kamar si wanita tersebut. Dengan berpakaian jubah kedokteran ia menemui si wanita itu. Ia langsung mengenali wanita itu pada sekali pandang. Ia kemudian kembali ke ruang konsultasi dan memutuskan untuk melakukan upaya terbaik untuk menyelamatkan nyawa wanita itu. Mulai hari itu, Ia selalu memberikan perhatian khusus pada kasus wanita itu. Setelah melalui perjuangan yang panjang, akhirnya diperoleh kemenangan... Wanita itu sembuh !!. Dr. Howard meminta bagian keuangan rumah sakit untuk mengirimkan seluruh tagihan biaya pengobatan kepadanya untuk persetujuan. Dr. Howard melihatnya, dan menuliskan sesuatu pada pojok atas lembar tagihan, dan kemudian mengirimkannya ke kamar pasien. Wanita itu takut untuk membuka tagihan tersebut, ia sangat yakin bahwa ia tak akan mampu membayar tagihan tersebut walaupun harus diangsur seumur hidupnya. Akhirnya Ia memberanikan diri untuk membaca tagihan tersebut, dan ada sesuatu yang menarik perhatiannya pada pojok atas lembar tagihan tersebut. Ia membaca tulisan yang berbunyi: "Telah dibayar lunas dengan segelas besar susu !!" tertanda, Dr. Howard Kelly. Air mata kebahagiaan membanjiri matanya. Ia berdoa: "Tuhan, terima kasih, bahwa cintamu telah memenuhi seluruh bumi melalui hati dan tangan manusia."

Senin, 04 April 2011

Ulasan Tentang Leutika

Dear Leutika With Love….

Bagi saya, menulis adalah potret kehidupan, entah kehidupan yang hitam-putih atau warna-warni seperti pelangi. Oleh karenanya, semua orang bisa menulis, sama halnya semua orang bisa memotret. Sayangnya, tidak semua orang mau menulis. Memang, mampu tak berarti mau. Untuk itu, beruntunglah bagi yang segera menyadari panggilan seni dalam dirinya sehingga dengan cepat akan meleburkan diri secara naluriah ke dalam dunia yang memberikan sentuhan warna dalam jiwa, mengukir arti dalam rasa, dunia menulis.

Bagi saya, menulis adalah kerinduan tersendiri. Untuk itu, sebagai manusia biasa, saya ingin menebus kerinduan itu dengan selalu bermain dan mengukir sejuta makna dalam rangkaian kata. Demi semua kerinduan itu, setiap kali pergi ke warnet, saya selalu mencari event lomba menulis di internet. Tapi kenyataannya, susah sekali mencari event lomba menulis di internet. Bilapun ditemukan, sudah memasuki deadline. Yah, hanya kekecewaan yang berhasil kudapatkan.

Setelah lama saya mengarungi dunia maya, beruntunglah saya menemukan website Leutika di internet, yang menyediakan berbagai event lomba yang sangat menarik dan selalu up to date. Terdorong oleh rasa tertarik yang begitu besar, saya ingin lebih jauh mengenal Leutika, setidaknya bisa menjadi penyalur hobi dan penampung luapan hati yang tersurat lewat tulisan. Akhirnya saya tahu, selaku penerbit yang masih muda, yakni baru 2 tahun berdiri, Leutika - penerbit buku yang bukan penerbit buku biasa ini cukup hebat. Sesuai dengan visinya untuk menjadi 10 besar penerbit buku di Indonesia, Leutika memiliki misi, antara lain menerbitkan buku-buku berkualitas yang menunjang pengetahuan masyarakat, mengakomodir para penulis berbakat yang memiliki ide baru dan segar, membangun jaringan distribusi ke seluruh toko buku se-Indonesia, dan bekerjasama dengan semua pihak yang memberikan nilai positif. Pada kenyataannya, Leutika sering menggelar lomba kepenulisan yang mampu menebus kerinduan saya di dunia tulis-menulis.

Seringnya bermain dengan kata, terutama dalam rangka memeriahkan event lomba Leutika, saya merasa diri saya telah melebur dalam dunia kata, ide-ide juga semakin kompleks melengkapi pikiran saya, sehingga siap untuk dituangkan dalam sebuah goresan pena. Awalnya, memang terasa sangat susah menciptakan ide cerita yang menarik. Tapi sekarang, saya telah melihat bahwa ide-ide itu menjelma menjadi kupu-kupu yang beterbangan di sekitar kita, bila ditangkap, kita akan mendapatkannya. Tapi bila dibiarkan begitu saja, bersiaplah untuk kehilangan dia selamanya dan jangan harap dia akan kembali, karena kesempatan tak akan datang dua kali. Untuk itulah saya mencoba tanggap dalam segala situasi, selalu awas bila saja ada kupu-kupu ide lewat di dekatku. Kupu-kupu itu menari indah penuh cinta, tiap lembar sayapnya mengandung warna seribu makna, yang akan melahirkan karya penuh ungkapan rasa, menyelinap dalam sejuta jiwa, menjadi mahakarya abadi sepanjang masa.

Leutika, suatu wadah yang menampung bakat-bakat kreatif penulis. Darinya saya mengerti, menulis itu mudah bila berawal dari lubuk hati ketulusan, bermuara cinta kasih yang dalam, dan bersumber dari mata air jiwa yang jernih. Menulis mampu mengalunkan nada-nada syahdu pencerah kalbu, menggetarkan jiwa-jiwa tulus penuh cinta, dan memberi makna dalam hari-hari penuh warna. Leutika telah mengajari saya bahwa menulis adalah nafas kehidupan, dimana tiap goresannya mengalirkan darah-darah keikhlasan, tiap katanya menggetarkan detak jantung persahabatan dan menghembuskan nafas dalam jiwa penuh cinta. Leutika menghidupkan kembali jiwa saya, karena menulis adalah jiwa, maka saya akan menulis sebanyak mungkin untuk menghidupkan jiwa saya, agar tiap detik, tiap detak jantung dan tiap helai napas yang tersisa ini dapat digunakan menuangkan jiwa-jiwa kreatif kita, serta mampu mengukirkan makna lewat sejuta kata, yang tiap katanya mengalunkan nada penuh cinta, menghiasi kehidupan yang fana. Menulis, untuk menghidupkan akal pikiran karena akal pikiran adalah salah satu upaya melihat jalan lurus menuju Tuhan.

Demi nafas yang masih berhembus, waktu yang masih tersisa, jantung yang belum berhenti berdetak, dan jiwa yang belum meninggalkan raga, akan saya ukir makna kehidupan ini lewat untaian kata agar menjadikannya indah sepanjang masa.… Akhirnya, Leutika membuat jemari makin indah menari di atas keyboard, pikiran selalu hidup, dan menjadikan otak selalu berkembang. Mewarnai hari-hari dan merajut benang-benang warna kehidupan yang menjadikannya pelangi penghias hati. Thanks Leutika!

Jumat, 06 November 2009

The Miracle of Life

Saat kurasakan sesuatu yang begitu menekan, seakan mencekik leherku, menahan aliran nafasku, hingga dibutuhkan kekuatan untuk melawannya.... Yang mana kekuatan itu tak mudah aku dapatkan, dan aku harus perjuangkan hidupku untuk melawan semua sakitku...

Mungkin hanya mimpi buruk, keadaan yang sama sekali tak membuatku bahagia.
But I'll try to endure it!
Kesempurnaan manusia bukan terletak pada seberapa besar prestasi yang dicapainya, namun pada ketangguhannya dalam menghadapi berbagai macam masalah......

Hope I'll make the day so beautifull....

Jumat, 22 Mei 2009

How to Pick up Your Future?


Telah dibuktikan bahwasanya kemajuan bangsa sangat ditentukan oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, peningkatan kualitas SDM ditentukan antara lain oleh pendidikan, sehingga pendidikan merupakan alternatif investasi jangka panjang dalam pengembangan SDM yang tak ternilai harganya.
Harapan Indonesia adalah mencetak generasi-generasi muda berbakat agar menjadi insan yang cendikia, mandiri, dan bernurani. Sepintas memang terlihat simpel, namun pada kenyataannya, untuk mewujudkan cita-cita tersebut tidaklah semudah membalik telapak tangan. Banyak realita di masyarakat yang menunjukkan gejala tidak sinkronnya antara kemandirian, kecendekiaan, serta kebernuranian. Lihat saja, akhir-akhir ini perguruan tinggi di nusantara telah berhasil menelorkan ribuan mahasiswa yang lebih dari separuh mahasiswa tersebut tidak memiliki status pekerjaan alias menganggur. Analoginya, wisuda yang secara formalitas berarti suatu simbol seorang mahasiswa mengakhiri masa studinya, namun secara konkrit, wisuda tak lain adalah proses kelahiran calon-calon penganggur (bagi yang tidak memiliki kecakapan hidup). Lagi, tak jarang pula ditemukan para intelektual (intelectuals) yang menggunakan intelegensinya secara sengaja untuk melakukan hal-hal yang tidak dibenarkan baik secara moral maupun hukum. Hati-hati dengan realita ini!
Persoalan-persoalan tersebut muncul akibat kurang dibekalinya manasiswa dengan life skill, padahal dalam hidup bermasyarakat yang dibutuhkan tidak hanya nilai akademik saja, melainkan juga nilai sosial serta religius.