Senin, 04 April 2011

Ulasan Tentang Leutika

Dear Leutika With Love….

Bagi saya, menulis adalah potret kehidupan, entah kehidupan yang hitam-putih atau warna-warni seperti pelangi. Oleh karenanya, semua orang bisa menulis, sama halnya semua orang bisa memotret. Sayangnya, tidak semua orang mau menulis. Memang, mampu tak berarti mau. Untuk itu, beruntunglah bagi yang segera menyadari panggilan seni dalam dirinya sehingga dengan cepat akan meleburkan diri secara naluriah ke dalam dunia yang memberikan sentuhan warna dalam jiwa, mengukir arti dalam rasa, dunia menulis.

Bagi saya, menulis adalah kerinduan tersendiri. Untuk itu, sebagai manusia biasa, saya ingin menebus kerinduan itu dengan selalu bermain dan mengukir sejuta makna dalam rangkaian kata. Demi semua kerinduan itu, setiap kali pergi ke warnet, saya selalu mencari event lomba menulis di internet. Tapi kenyataannya, susah sekali mencari event lomba menulis di internet. Bilapun ditemukan, sudah memasuki deadline. Yah, hanya kekecewaan yang berhasil kudapatkan.

Setelah lama saya mengarungi dunia maya, beruntunglah saya menemukan website Leutika di internet, yang menyediakan berbagai event lomba yang sangat menarik dan selalu up to date. Terdorong oleh rasa tertarik yang begitu besar, saya ingin lebih jauh mengenal Leutika, setidaknya bisa menjadi penyalur hobi dan penampung luapan hati yang tersurat lewat tulisan. Akhirnya saya tahu, selaku penerbit yang masih muda, yakni baru 2 tahun berdiri, Leutika - penerbit buku yang bukan penerbit buku biasa ini cukup hebat. Sesuai dengan visinya untuk menjadi 10 besar penerbit buku di Indonesia, Leutika memiliki misi, antara lain menerbitkan buku-buku berkualitas yang menunjang pengetahuan masyarakat, mengakomodir para penulis berbakat yang memiliki ide baru dan segar, membangun jaringan distribusi ke seluruh toko buku se-Indonesia, dan bekerjasama dengan semua pihak yang memberikan nilai positif. Pada kenyataannya, Leutika sering menggelar lomba kepenulisan yang mampu menebus kerinduan saya di dunia tulis-menulis.

Seringnya bermain dengan kata, terutama dalam rangka memeriahkan event lomba Leutika, saya merasa diri saya telah melebur dalam dunia kata, ide-ide juga semakin kompleks melengkapi pikiran saya, sehingga siap untuk dituangkan dalam sebuah goresan pena. Awalnya, memang terasa sangat susah menciptakan ide cerita yang menarik. Tapi sekarang, saya telah melihat bahwa ide-ide itu menjelma menjadi kupu-kupu yang beterbangan di sekitar kita, bila ditangkap, kita akan mendapatkannya. Tapi bila dibiarkan begitu saja, bersiaplah untuk kehilangan dia selamanya dan jangan harap dia akan kembali, karena kesempatan tak akan datang dua kali. Untuk itulah saya mencoba tanggap dalam segala situasi, selalu awas bila saja ada kupu-kupu ide lewat di dekatku. Kupu-kupu itu menari indah penuh cinta, tiap lembar sayapnya mengandung warna seribu makna, yang akan melahirkan karya penuh ungkapan rasa, menyelinap dalam sejuta jiwa, menjadi mahakarya abadi sepanjang masa.

Leutika, suatu wadah yang menampung bakat-bakat kreatif penulis. Darinya saya mengerti, menulis itu mudah bila berawal dari lubuk hati ketulusan, bermuara cinta kasih yang dalam, dan bersumber dari mata air jiwa yang jernih. Menulis mampu mengalunkan nada-nada syahdu pencerah kalbu, menggetarkan jiwa-jiwa tulus penuh cinta, dan memberi makna dalam hari-hari penuh warna. Leutika telah mengajari saya bahwa menulis adalah nafas kehidupan, dimana tiap goresannya mengalirkan darah-darah keikhlasan, tiap katanya menggetarkan detak jantung persahabatan dan menghembuskan nafas dalam jiwa penuh cinta. Leutika menghidupkan kembali jiwa saya, karena menulis adalah jiwa, maka saya akan menulis sebanyak mungkin untuk menghidupkan jiwa saya, agar tiap detik, tiap detak jantung dan tiap helai napas yang tersisa ini dapat digunakan menuangkan jiwa-jiwa kreatif kita, serta mampu mengukirkan makna lewat sejuta kata, yang tiap katanya mengalunkan nada penuh cinta, menghiasi kehidupan yang fana. Menulis, untuk menghidupkan akal pikiran karena akal pikiran adalah salah satu upaya melihat jalan lurus menuju Tuhan.

Demi nafas yang masih berhembus, waktu yang masih tersisa, jantung yang belum berhenti berdetak, dan jiwa yang belum meninggalkan raga, akan saya ukir makna kehidupan ini lewat untaian kata agar menjadikannya indah sepanjang masa.… Akhirnya, Leutika membuat jemari makin indah menari di atas keyboard, pikiran selalu hidup, dan menjadikan otak selalu berkembang. Mewarnai hari-hari dan merajut benang-benang warna kehidupan yang menjadikannya pelangi penghias hati. Thanks Leutika!